"Warisi apinya bukan ABUNYA"
Kata-kata tersebut terpampang bersamaan dengan fotonya Bung Karno (Presiden kita yang pertama) ketika saya bersepeda keliling kota. Dalam memaknai tulisan itu saya sempat membayangkan kilasan-kilasan masa lalu yang benar-benar diperjuangkan. Semangatnuya membela dan memperjuangkan bangsa bersama-sama dengan para pejuang lainnya tentulah berbeda jauh dengan pemandangan saat ini yang serba pop.
Kata-kata tersebut terpampang bersamaan dengan fotonya Bung Karno (Presiden kita yang pertama) ketika saya bersepeda keliling kota. Dalam memaknai tulisan itu saya sempat membayangkan kilasan-kilasan masa lalu yang benar-benar diperjuangkan. Semangatnuya membela dan memperjuangkan bangsa bersama-sama dengan para pejuang lainnya tentulah berbeda jauh dengan pemandangan saat ini yang serba pop.
Bangsa (secara keseluruhan) berkembang dan berjalan jauh tanpa visi dan stir yang jelas. Nilai-nilai yang ada pun hanya sebatas nilai untuk mendapat kesenangan bersama bukan kemakmuran bersama. jelas-jelas saat ini semangat nenek moyang yang tertinggal hanya sekedar abu yang tak tersisa
Buktinya negara berjalan sebatas laba, persis seperti perusahaan kaum kapitalis. Hampir-hampir perundang-undangan minuman beralkohol akan dirubah sebagian demi bertambahnya pemasukan negara. Apa mungkin pelacuran lebih baik dihalalkan juga, kalau bisa narkoba menjadi jamuan wajib rapat paripurna, 'kita bersama teler bung yang penting bahagia semua'.
Hei bung, semangat nenek moyang itu semangat kebersamaan bukan pribadi, semangat berbagi bukan dibagi, semangat maju bukan benalu, semangat satu.
KS
0 komentar:
Posting Komentar
Katakan apa yang ingin kamu katakan